Jumat, 06 Januari 2012

Rasi Pengganti Nasi

Waktu itu saat sedang nonton berita di TV, ada suatu daerah yang tidak menggunakan beras/nasi sebagai makanan pokoknya, melainkan Rasi/Nasi Singkong. Langsunglah saya cari artikelnya dan ketemu yang ini.

Setia Pada Nasi Singkong

Hampir seratus tahun warga Cireundeu menjadikan rasi sebagai pengganti nasi. Namun tidak satu pun penduduknya dinyatakan mengidap gizi buruk.

Rasi alias nasi singkong adalah bagian hidup tak terpisahkan masyarakat Desa Cireundeu, Leuwigajah, Cimahi Selatan, Jabar. Dari 300 kelapa keluarga (KK) yang memadati kampung tersebut, 70 KK di antaranya adalah konsumen tetap rasi.

Laboratorium Teknologi Pangan IPB pernah meneliti. Hasilnya, 100 gram rasi mengandung 359 kkal energi, 1,4 gr protein, 0,9 gr lemak, dan karbohidrat 86,5 gr. Nilai gizinya tak jauh beda dengan nasi, malah ada tambahan unsur penting macam kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B dan C, serta amilum. “Meski hanya makan singkong, kami tidak kekurangan gizi. Anak-anak kami bahkan ada yang bersekolah sampai perguruan tinggi. Tiap hari hanya makan singkong bukan berarti kami masyarakat miskin,“ ucap Asep, sang panitreun kampung (humas) Cireundeu.

Adat

Diceritakan Asep, latar belakang kebiasaan tersebut tak lepas dari kepatuhan menjalankan adat. Awalnya, warga Cireundeu mengomsumsi beras. Tapi sejak 1918, sesepuh kampung menganjurkan untuk beralih ke rasi. Alasannya berangkat dari kearifan lokal mencoba hidup realistis.

Menurut Asep, para leluhurnya sudah memprediksi, suatu saat akan terjadi alih fungsi sawah dan menipisnya persediaan beras. Akhirnya mereka mencari alternatif makanan pengganti beras. Alasan lain, lanjutnya, kontur wilayah Cireundeu didominasi bukit dan gunung sehingga para leluhur berpesan untuk bertanam apa saja selain padi. “Akhirnya tanaman yang bisa kami tanam adalah singkong,“ tambahnya.

Sosialisasi makan rasi lebih gencar dilakukan sejak 1924. Pasalnya, awal titah mengonsumsi rasi, tidak langsung diterapkan warga. “Memang bukan pekerjaan mudah mengubah pola makan dari beras beralih ke singkong,“ ujar Asep yang semenjak lahir belum sekalipun mencicipi rasa nasi.

Masyarakat Cireundeu adalah penganut Sunda wiwitan yang teguh. Kesederhanaan dan kebersamaan begitu kental terasa di sana. Sampai kini, untuk terus mempertahankan adat dan kebiasaan makan rasi, penduduk Cireundeu rutin melakukan pertemuan tiap tiga bulan. Bahkan untuk kaum mudanya, agar tetap kompak, digenjot guyub tiap bulan.

Tahan Tiga Bulan

Rasi dibuat dengan cara memarut singkong. Parutan diperas, kemudian airnya didiamkan 24 jam. Aci (tapioka) yang dihasilkan dijual sebagai bahan kanji, gaplek, kerupuk, atau opak. Ampasnya dikeringkan, lalu ditumbuk sampai halus menjadi tepung rasi. Dalam keadaan tersebut, tepung rasi bisa bertahan sampai 3 bulan dalam kondisi normal.

Biasanya aci kualitas satu atau yang biasa digunakan sebagai bahan kerupuk dijual seharga Rp4.000 per kg. Sedangkan rasi dijual dengan harga Rp3.000 per kg. “Untuk kualitas aci di bawahnya digunakan membuat opak, harganya lebih murah lagi,“ beber Yana, koordinator remaja Cireundeu.

Cara mengonsumsi rasi, menurut Yana, sangat mudah. Pertama, rendam tepung rasi dengan air. Setelah itu kukus selama 10 menit dan rasi sudah siap disantap. Rasanya tawar dan tampilannya seperti tiwul. “Warga Cireundeu kini mulai memikirkan memproduksi dan memasarkan tepung rasi dengan kemasan. Kami juga akan melengkapinya dengan label halal,“ tuturnya.


Sumber : di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar